Perjalanan Hidup Benny Panjaitan, Dari Band Bocah sampai Panbers
TABLOIDBINTANG.COM - Selasa (24/10), Benny Panjaitan dikabarkan meninggal dunia karena stroke. Semasa hidupnya Benny Panjaitan dikenal sebagai vokalis sekaligus pentolan kelompok musik Panjaitan Bersaudara atau Panbers. Panbers sendiri melambung di kancah musik Tanah Air beberapa dekade lalu lewat tembang-tembang hits seperti “Gereja Tua”, “Akhir Cinta”, “Terlabat Sudah”, atau “Pilu”.
Benny Panjaitan lahir di Tarutung, Sumatra Utara, 14 September 1948. Sejak kanak-kanak, Benny Panjaitan dan saudara laki-lakinya--Hans, Doan, Sido--gemar bermain musik. Orang tua mereka, J.M.M. Panjaitan-BSO Sitompul, mendukung seratus persen kegiatan berkesenian mereka. Caranya, dengan membelikan seperangkat alat musik.
Saat mereka kecil, di era 1960-an, ada sebuah grup band bersaudara asal Amerika yang terkenal, Everly Brothers. ''Dari dulu, kami penggemar berat Everly Brothers. Jadi kalau bermain musik, kami sering mengikuti dan membawakan lagu-lagu mereka,'' kata Benny Panjaitan.
Terinspirasi grup tersebut, saat masih di sekolah dasar, Benny Panjaitan dan saudara-saudaranya membentuk band bocah.
Masa kecil Benny Panjaitan dan saudaranya dihabiskan di beberapa tempat di Tanah Air. Kebetulan ayah mereka yang bekerja di BRI sering ditugaskan ke beberapa daerah. Meski hidup berpindah-pindah, Benny Panjaitan dan saudara-saudaranya tetap menekuni musik. Menariknya, mereka mulai mengemorsilkan penampilannya.
Saat tinggal di Palembang, misalnya. Saat latihan band, anak-anak yang ingin menonton diwajibkan membayar tiket masuk. Hasilnya, digunakan untuk membeli singkong atau ubi yang bisa dinikmati ramai-ramai sambil berjoget.
Saat orang tuanya pindah ke Surabaya pada 1967, bakat musik Benny Panjaitan, Hans, Doan dan Sido kian berkembang pesat. Mereka mulai mendapat tawaran manggung di beberapa sekolah atau pesta ulang tahun. Honor sekali tampil saat itu sekitar 2.500 rupiah.
Selain untuk makan, honor mereka juga untuk nonton maupun membeli layangan. Ada cerita menarik soal honor ini. Sebagai yang paling senior, setiap dapat honor, Benny Panjaitan selalu mengakali kedua adiknya. Caranya dengan mengajak Doan dan Sido makan sepuasnya. Sisa uangnya -- atas ide almarhum Hans -- digunakan nonton atau biaya ngapel pacar. ''Kalau adik-adik tanya honornya mana? Dengan polos saya jawab, yang kalian makan sampai puas itu honornya. Sisanya kami pakai nonton dan ngapel pacar,'' kata Benny Panjaitan yang pernah main di film Matahari Hampir Terbenam.
Tawaran manggung makin lama semakin banyak. Bahkan mereka mendapat tawaran untuk rekaman. Cuma mereka bingung karena belum punya nama. Setelah berembuk beberapa saat, mereka sepakat menggunakan nama Panjaitan Bersaudara yang disingkat Panbers. Album pertama diberi judul Kami Cinta Perdamaian dengan tembang unggulan “Akhir Cinta”. Dari situ mereka total terjun sebagai pemusik.
Setelah itu, mereka rajin merilis album. Bahkan pernah dalam setahun mereka menelurkan 5 album. Semuanya laku keras! Kebetulan saat itu, satu-satunya grup band bersaudara yang berkibar hanya Koes Plus. Saat itu baik Panbers maupun Koes Plus punya pasar sendiri-sendiri. Tawaran show juga terus berdatangan, baik di dalam maupun luar negeri. Tak jarang, untuk memuaskan keinginan penggemar, Panbers bersedia datang ke daerah terpencil. ''Pernah lo kita menyewa pesawat terbang untuk tur ke Jayapura,'' kata Benny Panjaitan yang bersama Panbers pernah mendapat 9 Golden Record dan 1 Silver Record.
Pada 1975, Benny Panjaitan menikah dengan Nancy. Setelah itu, karier bermusik Benny Panjaitan bersama Panbers terus bergulir. Bahkan ketika eranya telah dianggap selesai, Panbers masih tetep rutin manggung. Pada 1995 Hans wafat, kemudian Doan meninggal pada 2010. Meski begitu, Panbers terus berjalan. Bahkan setelah Benny Panjaitan menderita stroke, band ini masih sempat tampil.