Deadpool 2 Tak Bisa Menjaring Penonton Remaja Seperti Umumnya Film Superhero?
TABLOIDBINTANG.COM - Dua tahun silam, waralaba pertama Deadpool (2016) sukses meraup Rp 11 triliun berkat pemasaran serupa. Padahal, biaya produksi Deadpool hanya menelan Rp 816 miliar.
Menurut Kepala Pemasaran Dosmetik 20th Century Fox, Marc Weinstock, kesuksesan Deadpool karena berani mengambil risiko dalam pemasaran.
Salah satunya, dengan memasang reklame vulgar bergambar tengkorak dan emoji kotoran di Los Angeles, 2016 lalu. Reklame tersebut langsung viral dan diganjar dengan pendapatan Rp 1,8 triliun di pekan pertama Deadpool rilis di Amerika.
Berkaca dari kesuksesan Deadpool, 20th Century Fox kembali jorjoran dari segi promosi. Sebagai seri pertama, pihak distributor fokus memperkenalkan karakter Deadpool yang nyeleneh.
Berlanjut ke seri kedua, promosi beralih pada jalan cerita yang berkembang. Namun tetap mempertahankan karakter khas Deadpool, sesuai tuntutan penonton.
“Jika film ini tidak memperoleh rating R, mereka (penonton) akan berseru, 'Ini bukan Deadpool. Ini akan jadi sesuatu yang dibenci," ucap Marc.
Rating R (di bawah usia 17 tahun, wajib didampingi orang tua atau orang dewasa) menandakan Deadpool tak bisa menjaring penonton remaja. Padahal, umumnya film bertokohkan pahlawan super mengejar rating PG-13 (untuk anak usia 13 tahun ke atas).
(yuri / gur)