[RESENSI] "Finding Dory", Cerita Lucu dan Menyentuh Khas Disney dengan Visualisasi Memikat

Andira Putri | 17 Juni 2016 | 18:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Apakah Anda masih ingat petualangan seekor ikan badut mencari anaknya dalam film Finding Nemo?

Film animasi produksi Disney-Pixar tersebut sempat sukses besar 13 tahun lalu. Finding Nemo bahkan menjadi film animasi paling laku di tahun 2003 serta film animasi terbaik di ajang Academy Awards tahun 2004.

Jika melihat kesuksesannya, tidak heran jika Disney-Pixar mencoba mengangkat kembali kisah petualangan bawah laut tersebut dalam sekuel berjudul Finding Dory.

Berbeda dengan Finding Nemo, sekuelnya akan fokus terhadap kisah ikan Blue Tang bernama Dory. Dory adalah sahabat si ikan badut, Marlin, yang membantunya mencari anaknya, Nemo dalam Finding Nemo.

Finding Dory mengambil waktu satu tahun sejak kejadian di film Finding Nemo. Dory (Ellen DeGeneres) kini tinggal bersama Marlin (Albert Brooks) dan Nemo (Hayden Rolence). Dory memiliki ingatan jangka pendek yang kerap memicu permasalahan.

Masalah paling utama adalah Dory tidak ingat dimana dan siapa orangtuanya setelah terpisah dari mereka saat kecil. Kenangan masa kecil yang ia ingat membuatnya bertekad ingin kembali mencari orangtuanya.

Karena diacuhkan oleh Marlin, Dory akhirnya berpetualang sendiri hingga sampai di pusat rehabilitasi dan akuarium, Institusi Biota Laut California. Titik terang mulai ia temukan dengan bantuan binatang-binatang laut lainnya. Di saat yang sama, Marlin dan Nemo panik karena Dory hilang dan berusaha mencarinya.

Finding Dory menyajikan cerita khas Disney yang lucu dan menyentuh. Jika Dory dulu menjadi pusat kelucuan dalam Finding Nemo, porsi adegan lucu kali ini terbagi-bagi dengan binatang laut lainnya. Tingkah ajaib mereka kerap membuat penonton tertawa sekaligus gemas.

Bagian menyentuh Finding Dory telah dihadirkan sejak awal film. Penonton bisa melihat cuplikan kisah masa lalu Dory dan usahanya mencari orangtua yang mengundang simpati.

Sutradara Andrew Stanton dan Angus McLane juga berhasil menghadirkan visualisasi bawah laut yang patut diacungi jempol. Warna warni beragam jenis binatang dan tumbuhan laut memanjakan mata penonton.

Bagian terbaik adalah betapa detail penggambaran setiap makhluk hidup di bawah laut. Perhatikan sisik ikan badut yang ada dalam diri Marlin atau kulit keras si gurita, Hank yang tampak nyata seperti asli.

Di Indonesia, Finding Dory hadir dalam dua versi, yaitu versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. 

Rabu (15/6) lalu, saya berkesempatan menonton versi bahasa Indonesia film ini dengan judul Mencari Dory. Ini adalah pengalaman pertama saya menonton film animasi dengan bahasa Indonesia di bioskop.

Awalnya, saya sempat pesimis karena mengira dubbing bahasa Indonesia untuk karakter-karakter film Finding Dory akan terdengar aneh.

Dubbing bahasa Indonesia memang terdengar janggal di awal film, tetapi semakin lama malah jadi biasa saja. Perbedaan bahasa juga tidak terlalu menganggu isi cerita film. Finding Dory tetap menghibur meskipun hadir dengan bahasa berbeda.

Kejutan lainnya adalah penampilan dua artis, Syahrini dan Raffi Ahmad, sebagai pengisi suara versi Indonesia film Finding Dory. Mereka berdua kerap mengundang tawa dengan penampilannya sebagai Destiny dan Bailey, dua ikan paus yang sering bertengkar.

Raffi Ahmad hadir dengan suara serak yang menjadi ciri khasnya, tetapi Syahrini mengejutkan kita dengan suaranya yang tidak terlalu manja seperti biasanya.

 

(dira/gur)

 

Penulis : Andira Putri
Editor: Andira Putri
Berita Terkait