[RESENSI FILM] "Now You See Me 2": Jangan Percaya Pada Hollywood!

Wayan Diananto | 25 Juni 2016 | 07:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - “Mata memang tidak bisa berbohong. Namun, mata bisa dibohongi,” beri tahu Thaddeus Bradley (Morgan) kepada penonton.

Itulah hukum pertama dan yang terutama dalam dunia sulap. Anda terkecoh karena kurang awas. Anda takjub karena pikiran kurang fokus. Jadi, selamat datang kembali di dunia Now You See Me (NYSM). Dunia yang bisa dinikmati tanpa harus dipercayai.

Thaddeus mendekam di balik jeruji besi. Selain memperingatkan kita soal hukum sulap, ia mengirim pesan kepada agen Dylan Rhodes (Mark) tentang “Mata ganti mata.” Dylan tidak peduli. Baginya, melihat Thaddeus membusuk di penjara sudah lebih dari cukup.

Kebencian Dylan terhadap Thaddeus bermula 30 tahun lalu ketika ayahnya, Lionel Shrike (Richard Laing) menggelar pertunjukan sulap. Aksinya berakhir tragis. Lionel wafat setelah gagal keluar dari brankas baja yang mengurung sekaligus menenggelamkannya ke dasar sungai.

Usai mengirim Thaddeus ke bui, Dylan menugasi empat personel The Horsemen membajak peluncuran ponsel Octa. Sayangnya, rencana pembajakan Daniel Atlas (Jesse), Merritt McKinney (Woody), Jack Wilder (Dave), dan Lula (Lizzy) berbalik menjadi bumerang.

Acara itu malah menguak keterlibatan The Horsemen dalam insiden perampokan bank di Paris. Identitas Dylan sebagai pengendali The Horsemen dibongkar. Parahnya lagi, The Horsemen menjadi korban sulap Chase McKinney (Brick Patrick). Efek sulap Chase mengirim The Horsemen dari Amerika ke Tiongkok. Di sana, mereka bertemu Walter Mabry (Daniel), anak pengusaha Arthur Tressler (Michael).

Now You See Me 2  menyuguhkan alur dengan konflik lebih runcing. Ia (lagi-lagi) mempermainkan penonton. Bukan dengan menebak bagaimana sulap itu berakhir melainkan, di mana ketegangan yang seolah tak berkesudahan itu akan bermuara.

Ketegangan dibagi beberapa segmen yakni bagaimana The Horsemen sampai ke Tiongkok, pertemuan Dylan dengan musuh besar, misi mengambil kartu, pembalasan The Horsemen disusul segmen penutup. Pembabakan yang rapi dan konsistensi sutradara Jon dalam menjaga ketegangan patut diacungi jempol.

Konsistensi menjaga konflik ini bukannya tanpa konsekuensi. Babak demi babak yang mengasyikan menggerus elemen paling hakiki dari NYSM: sulap. Apalagi, jika Anda telah memahami pola tutur Now You See Me  yang suka mengecoh. Ceritanya tak bisa dipercaya kecuali kita sabar menanti konfirmasi yang sebenarnya. Pola ini kian menegaskan karakter Now You See Me  sebagai waralaba.

Anda bisa menikmati kisahnya yang menakjubkan dengan cara tidak memercayai begitu saja apa yang disuguhkan oleh penulis skenario. Karena, ketika Anda memercayai (believe), Anda akan dibohongi. Tidak percaya? Coba hilangkan suku kata “be” dan “ve” dari kata “believe”. Kata apa yang tersisa? Lie (bohong-red).

Intinya ketika menonton film ini, Anda dikecoh tapi jangan sampai terkecoh. Anda melihat (seeing) tapi tidak harus meyakini (believing). Selama berpegang teguh pada tiga prinsip ini, Anda tidak akan menjadi korban Now You See Me .

Now You See Me 2 digarap dua sutradara dengan kesadaran bahwa ini film musim panas. Asyik saja tidak cukup. Harus ada sensasi menegangkan, drama, dan jungkir balik agar film ini jadi kontender yang berbobot. Hasilnya? Meski tak seasyik Now You See Me, ia menciptakan ruang-ruang ketegangan yang membuat kita semakin takut kehilangan The Horsemen.

Semua pemain dalam film ini tampil asyik. Lizzy sebagai pemain baru meski kentara sekali berakting, kecantikannya menyita perhatian. Daniel memberi aura labil sekaligus sinting pada saat yang sama. Dan yang paling menyita empati kita pada akhirnya, tetap Morgan. 

Pemain    : Jesse Eisenberg, Mark Ruffalo, Woody Harrelson, Dave Franco, Daniel Radcliffe, Lizzy Caplan, Michael Caine, Morgan Freeman
Produser    : Bobby Cohen, Alex Kurtzman, Roberto Orci
Sutradara    : Jon H. Chu
Penulis    : Ed Solomon, Pete Chiarelli, Boaz Yakin, Edward Ricourt
Poduksi    : Summit Entertainment
Durasi        : 2 jam 9 menit

 

 

(wyn/gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait