99 Cahaya di Langit Eropa part 2: Panorama Minimal, Emosi Maksimal

Wayan Diananto | 17 Maret 2014 | 10:55 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - TAMPAK mudah bagi jilid kedua 99 Cahaya di Langit Eropa (99) menyusul jejak pendahulunya.

Baru empat hari tayang dibioskop, ia menarik perhatian 209 ribu penonton, menempatkannya di urutan kedua daftar film terlaris. Posisi 99 part 2 menguntungkan. Pasalnya, sejak dirilis 6 Maret nyaris tidak ada kompetitor yang sebanding. The Raid 2: Berandal baru tayang 28 Maret. Nina Bobo baru tayang minggu ketiga Maret. Keduanya berbeda genre. Masih ada waktu sebulan mengumpulkan penonton.

Melanjutkan perjalanan Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya), kali ini mereka menjelajah ke the real city of light Cordoba, Spanyol, dan Istanbul, Turki sebelum pulang ke Tanah Air. Rangga merampungkan tesis. Hanum meniti karier sebagai reporter televisi lokal. Konflik terjadi karena salah paham antara Hanum, Rangga, dan Maarja (Marissa Nasution) tepat di hari ulang tahun Hanum. Siang itu Hanum membawa kue tart ke kampus Rangga. Ia memergoki Maarja memeluk Rangga di perpustakaan.

Hanum menyangka Rangga bermain api. Konflik lain, memanasnya hubungan Khan (Alex Abbad) dan Stephan (Nino Fernandez). Berawal dari kebiasaan Stephan memanaskan masakan daging babi di microwave lalu merembet ke soal agama, dan berakhir dengan insiden kecelakaan yang mematahkan kaki Stephan. Hanum dan Rangga berupaya mendamaikan dua sahabat ini. Selama itu pula, Hanum gelisah karena surat elektroniknya tidak pernah dibalas Fatma (Raline Shah).

99 part 2 lebih menjanjikan dari segi dramaturgi. Konflik lebih runcing dan panas (meski jika ditilik lebih dalam), salah paham suami-istri dan pertemanan bukan konflik anyar. Penyelesaian konflik jenis ini pun mudah ditebak bagaimana akhirnya. Yang membuat konflik klasik ini menarik, akting para pemain. Acha mampu meluapkan emosi kecemburuan dengan sangat natural.

Kita akan dibuat larut, terenyuh, ikut merasakan sakitnya terbakar cemburu. Lalu, menginsafi ada apa di balik perilaku pasangan. Semua itu tergambar jelas dalam adegan Hanum menyaksikan video rekaman Rangga saat mengalami homesick. Anomali air muka Acha dari marah menjadi menyesal lalu menangis adalah bagian terbaik dari film ini. Dibandingkan jilid pertama, 99 part 2 jelas lebih kuat dua kali lipat dari aspek naskah. Lebih tajam, merangsang pemain memperlihatkan akting yang lebih total.

Berfokus pada konflik dan penokohan membuat penonton (sedikit) kehilangan gambar-gambar panorama yang dulu diumbar jilid pertama. Gambar yang disuguhkan 99 part 2 lebih mementingkan ekspresi pemain. Berbeda dengan jilid pertama yang sekadar memperkenalkan tokoh lalu mengajak penonton pelesir hingga ke puncak Menara Eiffel, Paris, dan Bukit Kahlenberg, Wina.

Jilid pertama mengajak penonton menapaki jejak Islam di Eropa. Pada jilid kedua, kita diajak menapaki kehidupan rumah tangga, pertemanan, dan perubahan hati Hanum. 99 part 2 lebih emosional dan menggetarkan. Lanskap Eropa lebih punya gereget saat berpadu dengan perjalanan batin Hanum. Ending film ini berpotensi membuat siapa pun menangis.**

Mari Menangis: Hanum-Rangga bertemu Fatma di Istanbul. Ia memeluk Fatma erat. Fatma mengingatkan agar tidak memeluk terlalu erat karena tengah mengandung adik Ayse (Geccha Tavvara). Hanum ingin bertemu Ayse dan meminta Ayse memasangkan jilbab untuknya. Tapi di mana Ayse? Oh....

Pemain: Acha Septriasa, Abimana, Raline Shah, Nino Fernandez, Marissa Nasution, Alex Abbad
Produser: Ody M. Hidayat
Sutradara: Guntur Soeharjanto
Penulis: Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra, Alim Sudio
Produksi: Maxima Pictures
Durasi: 100 menit
Foto: Maxima Pictures

(wyn/ade)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait