Marmut Merah Jambu: "Yang Bukan Siapa-siapa, Mana Bisa Mendapatkan Apa-apa?"

Wayan Diananto | 15 Mei 2014 | 15:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Setelah membaca tulisan tulisan ini, cobalah mengilas balik masa lalu Anda. Kembali ke masa SMA. Tanyakan kepada diri sendiri, adakah kenangan cinta pertama saat SMA? Sebelum menjawab pertanyaan itu, satu yang harus Anda jawab: populerkah Anda semasa SMA? Jujur saat menonton Marmut Merah Jambu (MMJ), kedua pertanyaan itu menyerang kami.

Pertanyaan pertama dengan cepat terjawab: tidak. Kami tak populer. Kami pun membuktikan dengan berupaya menjadi siswa yang tidak pernah keluar dari tiga besar. Tetap tidak dianggap. Dika (Christoffer) dalam MMJ pun bukan siswa populer di sekolah. Yang populer, digilai cewek dan disegani cowok itu Michael (Alex M. Thomas). Dika dan sahabatnya, Bertus (Julian), mencoba menjadi populer. Mereka mendaftar ke berbagai ekstrakurikuler tapi berujung penolakan. Mereka tidak kehilangan akal agar populer. Dika dan Bertus pun menjadi detektif yang memecahkan kasus-kasus di sekolah. 

Dimulai dengan hilangnya bola basket milik Pak Yoyok (McDanny). Lalu, memecahkan misteri ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah (Jajang C. Noer). Dalam menjalankan misi, Dika dan Bertus dibantu Cindy (Sonya). Dika berasumsi, teror untuk kepala sekolah perbuatan Michael. Dika menuding Michael agar Ina (Anjani) --cewek yang ditaksir Dika tapi malah jatuh cinta pada Michael-- menjauhi Michael. Cindy dan Bertus yang menyadari motif Dika marah besar.

Tema yang sederhana dan dialami mayoritas mereka yang pernah SMA, nilai lebih film ini. Yang ditawarkan Raditya Dika (sebagai konseptor cerita, eksekutor film, dan pelakon) bukan sekadar film dengan materi persahabatan yang dikemas realistis. Tapi juga: nostalgia. MMJ membawa kita ke masa-masa itu. Bisa jadi, masa SMA Anda sangat menyenangkan. 

Lalu MMJ menjadi medium yang membuat mood berbunga sekeluar dari bioskop. Anda pulang membawa setumpuk kenangan yang nyaris terlupa. Bagi yang masa SMA-nya suram, bukan berarti MMJ membuka luka lama. Entah kenapa menonton MMJ membuat kami memaknai kembali kata "penerimaan" atau frase "berdamai dengan kenangan". MMJ bukan tipikal film yang dijejali pesan moral dengan metode menceramahi. Dika berani menunjukkan bahwa karakter utama pun tidak putih. Ada kalanya ia menghitam sejenak, lalu balik ke zona putih. 

Pernah salah, belajar dari kesalahan tidak tabu bagi Dika. Menerjemahkan kekecewaan dan harapan orang-orang tersayang yang ada di sekitar adalah signature Dika. Itu yang membuat film-film Dika sejak Cinta Brontosaurus terasa ramah di hadapan audiens. Itulah resep yang membuat film Dika lovable. Mengingatkan bahwa selain pacar, ada sahabat dan keluarga dengan pengaruh tak kalah hebat. 

MMJ bukan repetisi Cinta Brontosaurus atau Manusia Setengah Salmon. Ia lebih menyentil kita soal pertemanan dan penerimaan ketika keadaan menempatkan kita sebagai pihak yang tidak populer. Dengan begitu, kita belajar menghargai penerimaan saat kita terpandang.

Seperti kata guru olah raga Dika, "Yang bukan siapa-siapa, mana bisa mendapatkan apa-apa?" Maka, buktikan bahwa kita adalah siapa-siapa. Dan kita bisa mendapat apa-apa dengan cara terhormat. Akhirnya, Dika memutuskan "berhenti". Ia menghentikan siklus "fly around in a circle". Melanjutkan hidup dengan cinta, sahabat, dan keluarga. Kalau sudah melakukan penerimaan, maka pembuktian dan popularitas tidak begitu penting. Penerimaan melembutkan kerasnya usaha pembuktian.

The Lovely Scene: Ayah Dika (Bucek) curiga. Biasanya, tiap malam minggu Bertus menginap di rumah. Tapi Sabtu malam itu Bertus tidak tampak. "Kalian bertengkar, ya?" tanya ayah kepada Dika.  Dika berkelit. Tapi ekspresi wajah tak bisa berbohong. "Kamu ikut Ayah jalan-jalan atau uang jajanmu Ayah potong enam bulan," tegas ayah. Beberapa saat kemudian, Ayah mengajak Dika ke rumah Bertus. Adegan selanjutnya kocak, ringan, sekaligus menyentuh. Salah satu adegan pertemanan yang menarik.

Pemain    : Raditya Dika, Christoffer Nelwan, Sonya Pandarmawan, Julian Liberty, Anjani Dina
Produser    : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Sutradara    : Raditya Dika
Penulis        : Raditya Dika
Produksi    : Starvision Plus
Durasi        : 100 menit

(wyn/adm)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait