RESENSI FILM Beyond Skyline, Terkepung Alien di Candi Prambanan
TABLOIDBINTANG.COM - Satu lagi film Hollywood yang mengangkat pemandangan alam sekaligus aktor Indonesia. Film tersebut berjudul Beyond Skyline, sekuel film Skyline yang rilis tahun 2010.
Beyond Skyline memasang nama Iko Uwais sekaligus Yayan Ruhiyan dalam jajaran pemain. Proses yuting dilakukan di Candi Prambanan, Yogyakarta, Candi Sewu, Jawa Tengah, dan Balikpapan pada tahun 2014 hingga 2015. Meski syuting di Indonesia, kisah Beyond Skyline digambarkan berlatar belakang Laos.
Indonesia tidak langsung muncul pada bagian awal Beyond Skyline. Film dimulai dengan kehidupan ayah Mark (Frank Grillo) dan anak Trent (Jonny Weston) di Amerika Serikat. Hubungan mereka tidak begitu akrab.
Mark kesulitan berkomunikasi dengan Trent. Sementara Trent kerap terlibat masalah meski sang ayah merupakan seorang polisi. Mereka menjadi renggang semenjak istri Mark meninggal dunia.
Hubungan Mark dan Trent diuji ketika alien menyerang dan membawa beberapa penduduk Amerika Serikat. Mark panik melihat Trent ikut masuk pesawat alien. Mark pun berusaha menyelamatkan tren walaupun harus melawan alien kejam.
Suatu kejadian membuat Mark terdampar di Laos. Mark bertemu tentara bawah tanah Sua (Iko Uwais) dan Kanya (Pamelyn Chee). Sua dan Kanya awalnya bersikap dingin kepada Mark. Tetapi, mereka luluh ketika melihat serangan alien semakin dekat. Sua, Kanya, Mark, dan orang-orang yang tersisa saling membantu untuk melumpuhkan alien.
Kehadiran Indonesia dalam Beyond Skyline memang menjadi daya tarik tersendiri. Sutradara Liam O'Donnell menampilkan visualisasi baik saat alien mengepung Candi Prambanan.
Kemudian Iko Uwais juga tampil karismatik layaknya kemunculannya dalam The Raid. Adegan perkelahian dengan alien hanya bermodalkan pisau ikut membuat penonton deg-degan. Sayang, aksi Yayan Ruhiyan tidak dimaksimalkan dengan baik.
Di samping itu, Beyond Skyline kesulitan membangun cerita. Cabang konfliknya terlalu banyak dan terkesan bertele-tele. Kemudian pengembangan karakternya kurang dalam. Penonton kesulitan peduli serta berempati terhadap nasib karakternya.
(dira/ray)