Pola Asuh Orang Tua Narsis dan 8 Efek Jangka Panjangnya Bagi Anak
TABLOIDBINTANG.COM - Karakter seseorang saat ini terbentuk dari bagaimana mereka berhubungan dengan orang-orang terdekatnya di masa lalu. Maka pada seseorang yang sudah dewasa, karakternya hampir pasti terbentuk dari bagaimana hubungan ia dengan orang tuanya sendiri. Orang tua yang mengasuh sejak kecil dan membesarkannya.
Dalam hal ini, bentuk pola asuh yang dijalankan orang tua menjadi faktor yang paling berpengaruh. Jika orang tua menerapkan pola asuh tertentu, maka karakter anak-anaknya pun tidak akan jauh berbeda. Namun bagaimana jika pola asuhnya diterapkan oleh orang tua yang narsis? Bagaimana karakter mereka yang dibesarkan dalam bayang-bayang orang tua dengan gangguan narsistik?
Narsistik itu sendiri sederhananya merupakan kondisi di mana seseorang merasa dirinya adalah yang paling penting, sangat membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebih. Melansir Your Tango, berikut ini 8 efek jangka panjang atau karakter yang terbentuk pada mereka yang mendapatkan pengasuhan orang tua narsis.
1. Kerap menyalahkan dirinya sendiri
Orang tua dengan gangguan narsistik mungkin tidak secara langsung melakukan kekerasan. Tapi mereka seringnya pura-pura tuli atau tidak memperhatikan orang lain selain dirinya sendiri. Ketika anaknya mengeluhkan atau menuntut sesuatu, orang tua narsis akan seketika merasa jadi korban. Dan anak adalah penjahatnya. Ketika tumbuh dewasa, seseorang dengan pengalaman seperti ini akan sering menyalahkan dirinya atas kesedihan orang lain.
2. Menoleransi narsistik pada hubungan lain yang dijalani
Intinya karena sudah terbiasa, walau mungkin cara menghadapinya kurang tepat. Maka kelak mereka dewasa bertemu atau bahkan berhubungan dengan seseorang yang narsis, toleransi mereka akan sangat tinggi dan membiarkan dirinya sekali lagi menjadi korban dari perilaku narsistik orang lain.
3. Menjadi insecure pada hubungan yang dijalaninya sendiri
Kebalikan dari menoleransi, akan ada juga anak yang tumbuh dengan perasaan insecure. Mereka takut jika kelak pasangannya akan memperlakukan dirinya sebagaimana orang tuanya dulu. Tidak mau jadi korban lagi, namun tidak ada cukup daya bersikap tegas melepaskan bayang-bayang trauma hubungan masa lalu.
4. Jadi orang yang ketergantungan
Karena keberadaannya sebagai anak sering tidak tampak nyata, diabaikan pendapatnya, dikesampingkan hak-haknya, dan lain-lain. Mereka yang tumbuh dengan pengalaman semacam ini akan menjadi orang yang ketergantungan. Selalu butuh diyakinkan, selalu butuh validasi, dan semacamnya. Jika tidak mendapatkannya, perasaan panik akan menyerang.
5. Belajar untuk menjadi independen
Anak tidak selalu manut dengan perlakukan orang tuanya. Menghadapi orang tua narsis, akan ada tipe anak yang berusaha melepaskan diri. Mereka akan memilih untuk sering pergi, mencari petualangannya sendiri, dan berusaha mandiri. Lepas dari bayang-bayang orang tuanya.
6. Kerap berusaha menyenangkan orang lain
Memiliki pengalaman diasuh orang tua yang kerap merasa benar, merasa penting, dan merasa harus diperhatikan, akan membuat seseorang tumbuh menjadi seorang people pleaser. Berusaha menyenangkan orang lain dan mengabaikan perasaannya sendiri menjadi sebuah karakter yang sulit dihilangkan.
7. Seorang narsis sebagaimana orang tuanya
Seperti halnya pola asuh lain yang relatif akan menurun pada anaknya, maka seseorang yang dulunya diasuh orang tua narsis akan sama tumbuh menjadi seorang narsistik.
8. Mengorbankan kesehatan pribadi dengan cara membiarkan dirinya sendiri stres
Semakin abusif orang tua narsis dalam mengasuh anaknya, semakin tinggi kemungkinan anaknya tumbuh membawa gangguan kecemasan. Mereka akan terus mengingat berbagai macam perlakuan orang tuanya dulu, kemudian merasa tertekan sendirian. Gangguan kecemasan yang diidap bisa sangat kronis setiap kali ingatan tersebut datang.