Anak Sering Bohong dan Protes ke Guru, Ini 15 Tanda Orang Tua yang Terlalu Keras
TABLOIDBINTANG.COM - Orang tua yang keras biasanya kaku dan tidak akan membuat pengecualian terhadap aturan yang mereka buat. Namun cukup banyak orang tua yang merasa benar dengan sikap keras semacam ini. Beberapa bahkan menjelma menjadi orang tua yang terlalu keras karena terus-menerus dibiarkan. Ya, siapa juga yang berani menegur atau mengkritisi seseorang yang memiliki sifat keras?
Akan tetapi, jika Anda merasa membutuhkan pencerahan, bahasan dalam artikel ini dapat membantu memberi petunjuk. Setelah membacanya diharapkan Anda bisa mengetahui apakah selama ini termasuk orang tua keras atau yang seiring waktu berubah menjadi terlalu keras? Berikut ini tanda-tandanya seperti dilansir dari Verywell Family.
1. Anda memiliki kebijakan nol toleransi
Menerapkan peraturan yang jelas itu penting. Namun saat berhadapan dengan anak-anak, toleransi tetap harus ada. Karena anak-anak tempatnya salah dan mereka masih dalam proses bertumbuh dan berkembang.
2. Anak Anda sering kedapatan berbohong.
Jangan heran jika anak mulai pandai berbohong. Mungkin mereka sudah belajar cara menyenangkan Anda, walau dengan cara yang salah.
3. Dibanding orang tua lain, peraturan yang Anda terapkan ke anak menjadi yang paling keras.
Berbeda model parenting boleh-boleh saja. Namun saat Anda bertukar pikiran dengan orang tua lainnya, Anda mendapati bahwa peraturan yang Anda buat terhadap anak-anak menjadi yang paling ketat dibanding orang tua lainnya.
4. Anda memiliki sedikit kesabaran dalam melihat kekonyolan.
Anak-anak kadang bertingkah konyol atau bahkan bodoh. Apakah Anda lantas marah dan sama sekali berat untuk sekadar menertawakannya?
5. Anda kesulitan menerima kekurangdisiplinan orang lain, terutama yang berhubungan langsung dengan anak.
Terhadap guru, Anda tidak segan melakukan protes jika dirasa metode mengajarnya salah. Terhadap orang tua atau mertua, Anda akan marah saat mengetahui telah terjadi ketidakdisiplinan. Dan Anda tak segan menjauhkan anak-anak agar tidak mendapatkan pola asuh yang salah.
6. Anda memiliki daftar peraturan yang sangaaat panjang.
Coba tuliskan, Anda akan tahu seberapa banyak peraturan yang selama ini diterapkan kepada anak-anak. Kalau hasilnya terlalu panjang dan sangat detail, maka Anda termasuk orang tua yang terlalu keras.
7. Anak Anda jarang terlihat bersenang-senang.
Bersenang-senang berbeda dengan sering jalan-jalan atau sering main ke taman hiburan. Anak yang bersenang-senang akan terlihat dari ekspresi kegembiraan yang nyata pada wajah anak.
8. Anda tidak membiarkan konsekuensi terjadi secara alami.
Kalau anak bolos, maka anak akan ketinggalan pelajaran. Biarkan anak mendapatkan akibat dari perbuatannya. Namun jika Anda malah sibuk mengingatkan dan menyuuh anak menyusul mempelajari ketertinggalannya, Anda jelas termasuk orang tua yang keras.
9. Anda kebanyakan ngatur, terhadap hampir segala hal.
Terlalu sering mengatur membuat anak kehilangan inisiatifnya. Bahkan untuk mengerjakan PR, anak akan menunggu perintah Anda. Bukankah ini akan buruk untuk anak ke depannya?
10. Anda secara terus-menerus mengarahkan anak.
Kalau Anda secara konstan cerewet seperti, "Duduknya yang tegak!", "Muka jangan cemberut terus!", "Kok, suka hela napas gitu sih!", dan lain-lain, secara terus-menerus setiap kali berpapasan dengan anak, maka Anda termasuk orang tua yang terlalu keras.
11. Anda tidak pernah memberi anak pilihan.
Bahkan untuk hal-hal sepele, Anda memberlakukan perintah satu arah. Tidak ada peluang diskusi atau memberi kesempatan anak memilih dan mengungkapkan alasan di balik pilihannya. Pakaian yang dikenakan, model tas kesukaan, dan lain-lain, semua harus sesuai arahan orang tua.
12. Anda tidak membiarkan anak melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri.
Ketika anak memainkan boneka, misalnya, Anda tidak segan mengatakan, "Begini, loh cara mainkan boneka. Kalau begitu salah!". Merasa sering berkata-kata seperti itu kepada anak?
13. Anda fokus terhadap hasil ketimbang usaha anak.
Nilai-nilai dan peringkat kelas menjadi obsesi Anda. Tidak peduli bagaimana prosesnya atau seberapa tinggi usaha anak.
14. Anda suka memberi ancaman berlebihan.
Ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakpatuhan, Anda akan mengeluarkan jurus mengancam. Seperti, "Rapikan kamarmu sekarang juga, atau semua mainan akan mama buang ke tempat sampah!" Adapun perbedaan mendasar antara ancaman dan penerapan konsekuensi adalah, ancaman bersifat hukuman yang seringnya tidak dilakukan juga, sedangkan konsekuensi berupa pendisiplinan.
15. Fokusnya selalu agar anak belajar.
Bahkan ketika anak baru saja mengeluarkan mainannya, Anda sudah memberi pesan-pesan khusus yang harus ditaati. "Kalau selesai bereskan lagi di tempatnya!", "Jangan sampai berantakan ke mana-mana!", "Main melulu, kapan belajarnya?".