Cara Menghadapi si Kecil yang Cerewetnya Kebangetan
TABLOIDBINTANG.COM - Cerewet atau banyak bicara bukan termasuk kenakalan anak-anak. Anak-anak, terutama yang masih berusia balita, umumnya juga memang cerewet. Cerewet bahkan dianggap sebagai tanda bahwa anak cerdas.
Namun tak jarang, kecerewetan anak dihadapi orang tua dengan cara yang kejam. Orang tua yang sudah merasa kewalahan karena si kecil tak kunjung berhenti berbicara, pada akhirnya sering melontarkan perkataan yang tidak sepatutnya. Seperti "Bisa diam tidak?", "Kamu berisik banget!", "Diam dong! Mama pusing dengarnya", minimal teriak "Ssstttt!"
Tentu saja, sikap kejam ini seringnya disesali para orang tua. Semakin besar penyesalan karena kejadiannya berulang-ulang. Bagaimanapun, orang tua tidak mau juga jika anaknya malah jadi pendiam akibat terlalu sering dimarahi.
Melansir The Parents, ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk menghadapi si kecil yang cerewet. Bukan untuk seketika menghentikan bicaranya anak. Melainkan membantu anak agar dapat mengontrol bicaranya. Minimal agar tahu tempat dan tahu waktu atau batasannya.
1. Buang rasa bersalah
Jika Anda merasa terganggu dengan kecerewetan si kecil, tidak apa-apa. Tidak perlu merasa bersalah. Bagaimanapun, anak memang harus bisa mengontrol kecerewetannya seiring waktu. Dan di sini kita sama-sama mencari solusi terbaik.
2. Atur strategi untuk diikuti anak
Menyuruh anak diam seketika memang sangat menggoda. Namun jelas ini bukan cara yang ideal untuk menghadapi anak yang cerewet. Ada strategi yang harus Anda terapkan dan pastikan agar anak mengikutinya.
3. Tentukan kecerewetan mana saja yang memang harus ditanggapi
Strategi pertama, Anda harus menentukan kecerewetan mana saja yang harus ditanggapi segera, yang masih bisa ditunda, dan yang masih bisa diabaikan tanpa risiko menyakiti perasaan anak. Tuliskan agar Anda sendiri konsisten menjalani strategi ini.
4. Tetapkan jadwal khusus untuk quality time
Pembiasaan berulang harus dilakukan agar anak terbiasa mengikuti strategi yang sedang dijalankan. Ketika anak mulai cerewet lagi, Anda dapat langsung berkata, "Nanti kamu cerita ke Mama habis selesai makan siang, ya!" Katakan dengan tegas. Jangan lemahkan pertahanan Anda. Pastikan anak mendengar dan memahaminya. Kemudian tepati janji yang telah Anda buat.
Berikan quality time untuk benar-benar mendengarkan cerita anak secara tuntas. Beri respons positif dan sampaikan kepada anak kalau besok Anda menyediakan waktu khusus lagi untuk mendengarkan cerita. Anak akan semangat menantikan waktu spesial ini dan mulai terdorong belajar mengumpulkan kecerewetannya untuk ditumpahkan di satu waktu. Ingat, kuncinya adalah konsistensi dari Anda sendiri sebagai pihak pengatur strategi.
5. Atur kalimat yang akan diucapkan dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian
Tahan diri dari mengeluarkan perkataan-perkataan negatif kepada anak. Cukupkan perkataan pada yang perlu-perlu saja. Misalnya, Anda mau meminta anak menunda ceritanya hingga jam makan siang selesai. Cukup katakan, "Selesaikan dulu makannya, baru cerita ke Mama". Jangan katakan, "Duh, berisik banget sih kamu. Iya nanti Mama dengarkan ya, nanti habis makan!".
6. Tetapkan waktu sunyi
Sekali lagi, strategi akan berhasil jika dibarengi konsistensi dan repetisi. Jika satu kali dua kali anak masih belum mengerti, jangan menyerah untuk terus menginformasikan aturan yang berlaku. Termasuk soal jam sunyi. Misalnya, jam sunyi diberlakukan saat makan atau saat persiapan tidur malam. Ulangi lagi dan lagi. Katakan kalau anak harus diam pada waktu-waktu tertentu yang Anda tetapkan.
7. Jadikan latihan pengendalian diri sebagai permainan yang seru
Ketika anak mulai memahami konsep menahan diri dan menunggu waktu yang tepat untuk cerewet, jangan ragu memberikan reward. Seolah-olah anak berhasil memenangkan suatu permainan. Anak-anak akan ketagihan untuk terus berprestasi dalam hal kontrol diri.