4 Mitos Soal Keaslian Madu yang Ternyata Tidak Selalu Benar
TABLOIDBINTANG.COM - Madu menjadi salah satu yang banyak dicari selama pandemi seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang peduli kesehatan. Meskipun begitu, banyak masyarakat yang masih kesulitan dalam memilih madu mengingat banyaknya informasi kurang tepat mengenai keaslian madu.
Kandungan dan manfaat dari madu asli dan madu palsu tentu berbeda. Namun, menentukan keaslian madu kadang memerlukan ketelitian konsumen mengingat banyaknya varian madu di pasaran.
“Oleh karena itu, kami menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dan tidak mudah percaya informasi-informasi mengenai keaslian madu yang berasal dari sumber yang tidak kredibel. Di Kembang Joyo, kami rutin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan ciri-ciri madu asli sehingga tidak merugikan kesehatan,” kata Dr. Hj. Dewi Masyithoh, SP., M.Pt., Owner & Komisaris Kembang Joyo Group.
Untuk membantu masyarakat dalam memilih madu asli, Kembang Joyo Group membagikan fakta-fakta di balik empat mitos mengenai keaslian madu yang banyak beredar di masyarakat.
Mitos 1: Madu Asli Tidak Akan Berubah Warna
Perubahan warna pada madu adalah hal yang biasa. Hal tersebut disebabkan adanya Reaksi Maillard atau reaksi pencoklatan non enzimatis yang justru bisa meningkatkan kadar antioksidan dalam madu.
Seperti diketahui, antioksidan bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas yang bisa memicu serangan jantung, kanker, katarak, dan menurunnya fungsi ginjal.
“Dengan begitu bisa dipastikan bahwa mitos mengenai madu asli tidak akan berubah warna adalah salah,” kata Dr. Hj. Dewi Masyithoh, SP., M.Pt., Owner & Komisaris Kembang Joyo Group.
Mitos 2: Madu Asli Tidak Disukai Semut
Mitos yang satu ini juga tidaklah tepat. Faktanya, kesukaan semut akan madu sangat bergantung dengan berbagai hal seperti umur madu, kandungan karbohidrat, hingga jenis semut yang ada di area sekitar madu.
Umumnya semut menyukai madu, bahkan sejak masih berbentuk nektar yang baru keluar dari ujung tanaman. Saking menyukainya, lebah dan semut sering berebut untuk mengambil nektar. Meskipun begitu, ada beberapa kondisi madu yang tidak disukai oleh semut, salah satunya madu yang belum cukup umur.
Madu yang belum cukup umur akan mengakibatkan terjadinya fermentasi yang mana akan menghasilkan karbon dioksida yang tidak disukai semut.
“Kesimpulannya, semut akan menyukai madu yang sudah cukup umur panen dan tidak menyukai madu yang mengalami fermentasi,” lanjut Dewi.
Mitos 3: Madu Yang Mengkristal Merupakan Madu Palsu
Kristalisasi madu sering salah diartikan masyarakat sebagai pemalsuan madu. Padahal, kristalisasi atau penggumpalan madu merupakan hal lumrah yang terjadi secara alami dan spontan pada madu.
Madu yang mengalami kristalisasi tidak akan mengalami penurunan kualitas. Semua kandungannya akan tetap sama dan tidak berubah, kecuali warnanya.
Mitos 4: Madu Asli Bisa Meletup
Madu berasal dari cairan tanaman yang dikumpulkan oleh lebah. Secara alamiah, khamir yang berada di alam akan terbawa dalam madu. Khamir tidak akan aktif pada madu yang memiliki masa panen cukup panjang.
Sebaliknya, khamir akan aktif dan melakukan proses fermentasi pada madu yang dipanen muda. Hasil samping dari fermentasi ini adalah CO2 (karbon dioksida) yang berbentuk gas.
Secara alami gas ini akan menguap di udara. Namun, gas akan terakumulasi dan menghasilkan letupan saat berada di botol yang tertutup sangat rapat. Dengan begitu, keaslian madu tidak bisa diukur dari meletup atau tidaknya.