FOMO Labubu Merebak, Bagaimana Cara Biar Tidak Ikut-ikutan?

Alam Mary | 18 September 2024 | 13:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - FOMO (Fear of Missing Out) tentang Labubu, boneka lucu yang dipopulerkan Lisa Blackpink, semakin meresahkan. Karena banyak orang yang menginginkan boneka berwujud monster lucu ini dengan cara-cara yang sudah tidak masuk akal.

Mulai dari rela membeli dengan harga sangat mahal (jutaan rupiah untuk satu boneka), mendatangi toko yang menjual Labubu dengan harga miring sejak tengah malam, hingga adu mulut yang nyaris baku hantam antar sesama pengantri, dan lain-lain.

Ya, sesuatu bisa dikatakan sebagai aksi FOMO semata, yaitu ketika munculnya rasa takut ketinggalan mendorong seseorang terlibat lebih besar terhadap sesuatu dan bahkan dibarengi dengan perilaku yang tidak sehat. Istilahnya, menghalalkan segala hal demi tidak ketinggalan atau missing out sesuatu yang sedang menjadi tren.

Dari sini saja sudah bisa disimpulkan jika fenomena FOMO belakangan ini cenderung negatif, nyaris tidak ada urgensinya, dan sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja menguasai diri kita.

Lantas bagaimana caranya agar kita terhindar dari kebiasaan suka ikut-ikutan atau FOMO yang secara tidak langsung berdampak buruk pada psikologis dalam bentuk kecemasan sosial?

FOMO Labubu Merebak, Bagaimana Cara Biar Tidak Ikut-ikutan?

Melansir Verywell Mind, setidaknya ada 5 cara yang dapat dilakukan. Paksakan demi kesehatan mental Anda!

1. Ubah Fokus Anda 

Ketimbang fokus pada apa yang tidak ada atau kurang pada diri Anda, cobalah perhatikan apa yang sudah Anda miliki. Melalui media sosial, kita mungkin dibombardir dengan gambar-gambar sesuatu atau hal-hal yang tidak kita miliki. Dan hal ini cenderung mendorong keinginan menjadi lebih liar dan bila terus diikuti akan semakin tidak terkendali. 

Maka Anda bisa memulai dengan cara menambahkan lebih banyak lagi orang-orang positif ke feed media sosial Anda. Sembunyikan akun orang-orang yang terlalu membanggakan diri dan berisiko memicu perilaku Anda ke arah negatif atau ke sifat FOMO.

Feed yang lebih positif niscaya akan membuat Anda merasa baik tentang diri Anda sendiri. Berusahakan untuk mengidentifikasi apa yang mungkin menguras kegembiraan Anda secara online. 

2. Cobalah Detoksifikasi Digital

Menghabiskan waktu terlalu banyak di ponsel atau aplikasi media sosial dapat meningkatkan FOMO. Mengurangi penggunaan atau bahkan melakukan detoksifikasi digit di mana Anda beristirahat dari perangkat digital, dapat membantu Anda lebih fokus pada kehidupan Anda sendiri tanpa harus membuat perbandingan terus-menerus. 

Jika melakukan detoksifikasi digital menyeluruh tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk membatasi penggunaan aplikasi media sosial tertentu yang paling sering membuat Anda FOMO. 

3. Buat Jurnal

Merupakan hal yang umum untuk mengunggah apa pun di media sosial untuk mencatat hal-hal menyenangkan yang Anda lakukan. Namun, Anda mungkin mendapati diri terlalu memperhatikan apakah orang-orang memvalidasi pengalaman Anda secara online. 

Jika demikian adanya, Anda mungkin ingin menyimpan beberapa foto dan kenangan secara offline atau secara fisik di luar media sosial. Anda bisa membuat jurnal pribadi tentang kenangan terbaik Anda di atas kertas (buku).

4. Cari Keterhubungan Nyata 

Media sosial membuat kita fokus pada keterhubungan yang semu dengan orang lain. Dan tanpa disadari, orang-orang yang sesungguhnya tidak pernah benar-benar berada dalam kehidupan kita ini seringnya hanya mendatangkan banyak kecemasan. Anda cenderung menjadi lebih tertekan, merasa kesepian ketika tidak mendapatkan respons yang diharapkan di media sosial, hingga merasa dikucilkan. 

Sesungguhnya, ketika mulai muncul perasaan semacam ini saat bermain media sosial, itu adalah pertanda bahwa Anda sedang ingin memiliki keterhubungan yang lebih baik dan lebih nyata. Orang-orang yang memang bisa lebih peduli dan juga kita sayangi dengan sungguh-sungguh.

Maka jangan ragu mengikuti sinyal ini. Mulailah aktifkan pertemuan dengan teman-teman atau dengan seseorang yang memang ingin Anda kenal dengan lebih baik.

5. Fokus pada Rasa Syukur

Penelitian menunjukkan bahwa terlibat dalam aktivitas yang meningkatkan rasa syukur, seperti membuat jurnal rasa syukur atau sekadar memberi tahu orang lain apa yang Anda hargai dari mereka, dapat mengangkat semangat Anda dan juga orang-orang di sekitar Anda.

Dengan memperbanyak syukur, kita akan terlupa pada kekurangan dan fokus pada kelimpahan atau berkah yang didapat. Membuat orang lain merasa senang juga akan membuat kita merasa senang.

Rasa syukur dapat menjadi cara yang ampuh untuk meredakan perasaan depresi dan kecemasan. Karena Anda merasa lebih baik tentang hal-hal baik dalam hidup Anda dan tidak akan tergoda untuk terjebak dalam tren sosial dan FOMO.

Penulis : Alam Mary
Editor: Supriyanto
Berita Terkait