4 Cara Mengelola Konflik antara Ibu dan Anak Perempuannya

Alam Mary | 28 September 2024 | 06:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tidak ada hubungan yang 100 persen harmonis. Termasuk hubungan antara ibu dan anak perempuannya. Konflik akan selalu ada dan berdatangan silih berganti seiring pertambahan usia.

Kemampuan mengelola konflik lebih diutamakan agar kebersamaan antara ibu dan anak perempuannya dapat terus berlangsung secara lebih sehat.

Ya, seburuk apapun ibu, seburuk apapun anak, tidak seharusnya terpisahkan selain oleh maut. Jika dengan pasangan saja orang-orang mau berjuang, mengapa tidak untuk seseorang yang jelas-jelas darah daging sendiri? Masih ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi konflik, yang terburuk sekalipun.

Berikut ini 4 cara yang dapat ibu lakukan saat berkonflik hebat dengan anak perempuannya.

1. Ibu harus mengakui "perannya" dalam konflik

Kebanyakan ibu sering tidak merasa bersalah saat terjadi konflik. Ibu seringnya tidak menyadari jika dirinya pun memiliki kontribusi dalam konflik yang terjadi dengan anak perempuannya.

Padahal dalam setiap hubungan antara 2 orang, masing-masing hampir pasti akan berperan sebanyak 50 persen. Maka bisa dipastikan setengah dari apa yang terjadi adalah tanggung jawab ibu. Tidak ada yang 100 persen kesalahan anak. 

Jadi ketika seorang ibu dihadapkan dengan situasi konflik dengan anak perempuannya, akuilah secara tulus dan terbuka kesalahan yang 50 persen tersebut.

Dari situ ibu kemudian bisa mengevaluasi bagaimana kata-kata, sikap, perilaku, gaya pengasuhan, atau bahkan masa lalu ibu yang mungkin perlu ditangani, disesuaikan, atau diproses (dengan bantuan ahli) sebelum dapat melangkah maju.

2. Ibu harus mengidentifikasi bahasa cintanya anak 

Saking merasa telah melakukan yang terbaik, kebanyakan ibu tidak mau berusaha memahami hal apa yang benar-benar dibutuhkan dan diinginkan anak-anaknya. Termasuk gaya bahasa cinta atau love language yang anak sukai atau harapkan dari ibunya. 

Dengan mengetahui love language yang tepat, ibu nantinya akan lebih mudah dalam mengomunikasikan sesuatu atau meluluhkan kerasnya hati anak perempuan tersayang. Dengan komunikasi yang menjadi lebih lancar, lebih tenang, penuh kasih sayang, niscaya segala macam konfik akan bisa ditemukan solusinya. 

3. Pertimbangkan tipe kepribadian Anda sebagai ibu 

Jangan hanya anak-anak remaja yang gemar melakukan tes kepribadian semacam MBTI. Ibu juga jangan ragu melakukan tes-tes semacam itu agar ibu juga mengenali dirinya sendiri dengan lebih baik lagi. Dari sini ibu bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan kepribadiannya, mengapa selalu bersikap begini atau begitu, dan lain-lain. 

Di balik penampilan luar seorang ibu yang mungkin terlihat santai dan percaya diri, biasanya ada seorang wanita yang didorong oleh pengejaran kesempurnaan yang tak kenal lelah.

Jika biasanya ibu mengabaikan rasa cemas dan perasaan kesepian, dengan mengetahui apa kebutuhan dirinya sendiri, diharapkan ibu dapat mencari solusi untuk dirinya agar juga lebih baik psikologisnya, lebih mampu mengungkapkan perasaannya, kecemasannya, dan berhenti terjebak dalam sifat pembenaran atau merasa benar sendiri.

4. Ibu harus mengenali pemicu kemarahan

Ketika anak perempuan mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakiti ibu, hal itu dapat memicu rasa sakit yang lebih lama dan lebih dalam karena apa yang dibawa ibu dari masa lalunya. Bisa jadi ada rasa sakit yang belum terselesaikan yang akhirnya membuat ibu bersikap tidak tepat saat menanggapi keadaan atau yang dilakukan anak perempuannya. Dari sinilah kemudian konflik akan lebih mudah terjadi. 

Mungkin rasa sakit yang ibu rasakan dapat diatasi dengan bantuan teman dekat, kelompok pendukung kecil, atau seorang ahli spiritual/psikologi. Jika memang ibu membutuhkan bantuan terapis yang berlisensi, lakukan! Selesaikan luka batin Anda lebih dulu dan jadilah ibu yang sehat untuk anak-anak.

Penulis : Alam Mary
Editor: Supriyanto
Berita Terkait