Tertarik Kembali Menerapkan Gaya Parenting Ala VOC? Kenali Dulu 9 Risikonya

Alam Mary | 3 Oktober 2024 | 04:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Anak-anak zaman sekarang katanya makin susah diatur, makin sesuka hati, sekaligus minim rasa hormat. Itu sebabnya banyak orang tua sekarang ini, khususnya ibu, "terpanggil" untuk kembali menerapkan parenting ala VOC atau otoriter atau dengan unsur pemaksaan. Selamat tinggal gentle parenting!

Sekadar mengingatkan kembali, pola asuh otoriter sebetulnya termasuk gaya parenting yang paling harus dihindari, menurut para ahli. Karena orang tua otoriter akan bersikap sangat kaku dan menggunakan aturan yang ketat untuk mengendalikan anak-anak mereka. 

Orang tua otoriter juga sering bertindak terlalu jauh dan juga banyak menuntut, yang membuat anak-anak mereka berjuang dengan masalah kesehatan mental dan harga diri. Para ahli pun sepakat, bahwa pola asuh otoriter, sekalipun tidak dianggap kekerasan (abusif), tetap akan dikaitkan dengan hasil yang negatif.

Lantas hasil negatif seperti apa yang akan dirasakan anak-anak bahkan hingga mereka dewasa, dari orang tua otoriter? Berikut ini beberapa ciri umumnya yang mudah dikenali.

1. Harga Diri Rendah 

Anak-anak dari orang tua otoriter mungkin akan kesulitan dengan harga diri dan kepercayaan diri karena kurangnya dukungan emosional dan pengakuan selama masa kanak-kanak.

2. Kesulitan dengan Otoritas 

Beberapa orang mungkin memiliki hubungan yang rumit dengan figur otoritas (atau pihak yang lebih berkuasa), baik menjadi terlalu patuh atau memberontak terhadap aturan dan ekspektasi.

3. Perfeksionis

Anak-anak dari orang tua otoriter mungkin mengembangkan kecenderungan perfeksionis. Hal ini disebabkan karena mereka berjuang untuk mendapatkan persetujuan dan takut gagal karena ekspektasi orang tua yang tinggi.

4. Perjuangan dalam Kemandirian

Orang dewasa yang dibesarkan dalam rumah tangga otoriter mungkin merasa sulit untuk mengambil keputusan secara mandiri dan sangat bergantung pada orang lain sebagai pedoman. 

5. Masalah Regulasi Emosional

Anak-anak dari orang tua otoritea mhngkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Hal ini berisiko menyebabkan kecemasan atau depresi akibat perasaan yang tertekan selama masa kanak-kanak.

6. Hubungan Interpersonal

Orang-orang yang tumbuh dalam lingkungan otoriter mungkin berjuang dengan kepercayaan dan keintiman dalam hubungan. Seringkali takut akan kerentanan karena pengaruh kontrol yang ketat di masa lalu.

7. Kesesuaian

Anak-anak dari orang tua otoriter mungkin menyesuaikan diri dengan norma dan harapan masyarakat, tapi terkadang dengan mengorbankan keinginan dan individualitas mereka sendiri.

8. Ketahanan dan Kemampuan Beradaptasi 

Sebaliknya, beberapa orang mungkin mengembangkan ketahanan dan keterampilan mengatasi masalah yang kuat karena mereka telah kenyang menghadapi lingkungan yang ketat. Hal ini mungkin dapat membawa anak-anak didikan otoriter pada kesuksesan di bidang tertentu.

9. Agresi atau Pemberontakan

Dalam beberapa kasus, anak-anak didikan otoriter mungkin menunjukkan perilaku agresif atau pemberontakan sebagai respons terhadap penindasan yang dialami di masa kanak-kanak. 

Secara keseluruhan, pengaruh pola asuh otoriter dapat sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa pengaruh lain yang bisa memberi perbedaan pada hasil, seperti hubungan dengan teman sebaya, pendidikan, dan pengalaman pribadi.

Penulis : Alam Mary
Editor: Ari Kurniawan
Berita Terkait