5 Alasan Seseorang Sulit Meninggalkan Hubungan yang Toksik dan Penuh Kekerasan
TABLOIDBINTANG.COM - Meninggalkan hubungan yang toksik atau penuh kekerasan adalah proses yang sangat kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek fisik, tetapi juga berbagai tantangan emosional. Oleh karena itu, proses ini memerlukan dukungan emosional yang kuat dari orang-orang terdekat dan masyarakat secara umum. Dalam artikel ini, Arouba Kabir, seorang profesional di bidang Kesehatan Emosional & Mental serta Pendiri Enso Wellness, membagikan beberapa alasan mengapa banyak orang kesulitan untuk meninggalkan hubungan yang toksik atau penuh kekerasan:
1. Rendahnya harga diri dan rasa tidak berdaya
Orang yang bertahan dalam hubungan yang abusif sering kali memiliki harga diri yang rendah sejak awal atau, seiring berjalannya waktu, kekerasan tersebut dapat merusak rasa nilai diri mereka dan membuat mereka merasa tidak mampu bertahan hidup secara mandiri. Mereka mungkin mulai menyerap negatifitas yang mereka terima, yang akhirnya menumbuhkan perasaan tidak berdaya atau putus asa.
2. Tekanan sosial dan budaya
Harapan masyarakat, keyakinan agama, dan norma budaya seringkali mendorong seseorang untuk tetap bertahan dalam hubungan, terutama pernikahan. Mereka mungkin takut dihakimi, dipermalukan, atau dikucilkan oleh keluarga atau komunitas jika mereka memutuskan untuk pergi, terutama jika mereka memiliki anak.
3. Trauma bonding
Perilaku yang berubah-ubah (panas dingin) adalah hal yang umum dalam hubungan yang abusif. Mereka tidak bersikap abusif sepanjang waktu, karena ada siklus kekerasan dan kasih sayang, di mana pelaku kekerasan sesekali menunjukkan kebaikan atau penyesalan. Penguatan yang berselang-seling ini memperkuat ikatan emosional dengan pelaku kekerasan, membuat korban merasa kesulitan untuk melepaskan diri.
4. Harapan akan perubahan
Banyak orang bertahan karena masih berharap pasangannya akan berubah atau hubungan tersebut akan membaik, terutama jika pelaku kekerasan meminta maaf, berjanji untuk menjadi lebih baik, atau menunjukkan penyesalan. Siklus kekerasan dan rekonsiliasi ini dapat menciptakan ikatan emosional yang sulit untuk diputuskan.
5. Takut akan pembalasan
Dalam banyak hubungan yang abusif, ada rasa takut yang nyata akan pembalasan jika korban mencoba untuk pergi. Penolakan bisa sangat sulit diterima, dan pelaku kekerasan mungkin mengancam untuk menyakiti korban, diri mereka sendiri, anak-anak, atau hewan peliharaan, sehingga korban merasa bahwa tetap tinggal lebih aman daripada pergi.
Memahami alasan-alasan ini tentunya dapat membantu memberikan dukungan yang lebih baik bagi individu yang sedang berjuang dengan keputusan ini, karena jelas bahwa keputusan untuk meninggalkan hubungan toksik atau abusif bukanlah hal yang mudah.