Upaya Pencegahan Penyakit Infeksi Pernapasan Menular bagi Jemaah Haji dan Umrah
TABLOIDBINTANG.COM - Penyakit saluran pernapasan adalah penyakit paling umum di musim haji. Bahkan menjadi penyebab utama kematian jemaah haji Indonesia pada 2023, setelah penyakit kardiovaskular. Bagaimana pencegahannya?
Setiap tahunnya sekitar 2-3 juta jemaah haji datang dari seluruh dunia. Dengan kebanyakan jemaah haji adalah lansia dan memiliki kondisi kesehatan atau penyakit penyerta meningkatkan risiko penularan penyakit.
Data Pusat Kesehatan Haji bahkan menyebut dalam 7 tahun terakhir terjadi tren peningkatan jemaah haji lansia dengan usia 65 tahun ke atas. Tercatat pada 2024 sebanyak 21% adalah jemaah lansia, dengan 207 dari 461 di antaranya wafat di Arab Saudi pada rentang usia 71 tahun ke atas.
Dalam studi dinyatakan risiko penularan penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti influenza, coronavirus, hingga RSV (Respiratory Syncytal Virus) terjadi pada kelompok usia lansia dengan kondisi penyakit kronis.
Karena itu, penting untuk jemaah haji memahami penyakit infeksi pernapasan menular yang bisa dicegah melalui vaksinasi, terutama yang disebabkan oleh virus seperti influenza, Covid-19, dan RSV, yang terus mengalami peningkatan kasus.
Menjawab kebutuhan itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) bekerja sama dengan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI) dan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI serta didukung oleh GSK Indonesia menyampaikan rekomendasi pencegahan penyakit bagi jemaah haji dan umrah.
Kerja sama ini menekankan pentingnya edukasi serta peningkatan kesadaran masyarakat dan petugas kesehatan mengenai penyakit infeksi pernapasan menular yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Acara edukasi yang dilaksanakan di sebuah hotel kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/2) siang, turut dihadiri oleh Ketua Umum PDPI dr. Alvin Kosasih, Sp.P(K), MKM. FISR, FAPSR dan Ketua Tim Kerja Haji PDPI Dr. dr. Mukhtar Ikhsan SpP(K), MARS, FISR.
"Konsultasi kepada tenaga medis menjadi langkah penting sebelum keberangkatan haji dan umrah untuk meningkatkan perlindungan terhadap para jemaah terutama terhadap ISPA yang salah satunya disebabkan oleh RSV di Tanah Suci," ujar dr. Mohammad Imran, MLM sebagai Ketua Tim Kerja Pemeriksaan Kesehatan Haji.
"Selain itu, melakukan tindakan preventif seperti vaksinasi menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit dan menurunkan risiko komplikasi penyakit Kronos," sambungnya.
Para jemaah haji dan umrah memiliki risiko terkena penyakit pernafasan atas dan paru, salah satunya RSV. RSV dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas dari mereka yang terinfeksi.Gejala yang dialami di antaranya hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.
Karena belum tersedia pengobatan khusus untuk mengatasi RSV pada orang dewasa, tindakan preventif termasuk vaksinasi terhadap RSV adalah hal yang penting. Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan tertib menggunakan masker, menerapkan kebersihan pribadi seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.
”RSV ditemukan sebagai salah satu infeksi saluran pernapasan selama haji tahunan, dan untuk mencegahnya kini sudah ada rekomendasi vaksin RSV. Di Saudi Arabia vaksin ini menjadi program imunisasi nasional untuk penduduk berusia 60 tahun ke atas," Prof. Dr. Tjandra Yoga SpP(K), MARS, DT&H, DTCE FISR, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
"Di Indonesia, PDPI telah mengeluarkan panduan penatalaksanaan penyakit paru dan pernapasan bagi petugas kesehatan Haji dan Umrah. Sedangkan untuk pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti lansia, dapat menularkan virus sampai dengan 4 minggu. Karena itu, PDPI mengeluarkan Panduan Penatalaksanaan Penyakit Paru dan Pernafasan bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah yang mencantumkan rekomendasi vaksinasi untuk meningokokus, influenza, pneumokokus dan RSV," tambahnya.
Vaksinasi ini memberikan perlindungan bagi para jemaah. Selama dalam pesawat contohnya, jemaah menjadi rentan tertular virus karena berada di dalam ruangan terutup lebih dari 8 jam. Infeksi RSV dapat menular dan menyebar dengan mudah di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari.
Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. K.F.R. MARS. AIFO-K dari Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia mengatakan, ”Kelompok peserta dengan usia di atas 60 tahun umumnya mengalami Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI) yang membuat semakin rentan terhadap infeksi penyakit, salah satunya RSV. Mengingat tingginya angka morbiditas dan mortilitas terkait infeksi RSV pada kelompok dewasa usia lanjut, sangat penting bagi kita untuk memprioritaskan vaksinasi terutama pada individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang sudah lansia dan memiliki kondisi medis kronis.”
Manishkumar Munot, Presiden Direktur Glaxo Smith Kline (GSK) Indonesia menambahkan, "Selama lebih dari 65 tahun, GSK tetap berkomitmen dalam pencegahan dan pengobatan penyakit melalui penyediaan vaksin dan obat-obatan inovatif. Sebagai pemimpin global dalam penyediaan vaksin, GSK memasok vaksin ke lebih dari 160 negara, melindungi individu sepanjang hidup mereka dari berbagai penyakit. Setiap tahun, vaksinasi berperan penting dalam mencegah sekitar 3,5-5 juta kematian di seluruh dunia.”