Saat Pangeran Harry Diculik Teroris, Dipukuli dan Dibiarkan Kelaparan
TABLOIDBINTANG.COM - Penulis bayangan (ghostwriter) untuk buku memoar Spare milik Pangeran Harry mengungkapkan bahwa bekerja dengan Duke of Sussex bukanlah hal muadah.
“Saya jengkel dengan Pangeran Harry,” tulis J. R. Moehringer di New Yorker Monday, mengingat sebuah panggilan Zoom yang sangat menegangkan yang terjadi pada pukul 2 pagi. "Kepala saya berdenyut, rahang saya terkatup dan saya mulai meninggikan suara saya."
Saking tinggi ketegangan di antara keduanya pada dini hari itu, Moehringer (58) mengira dia akan dipecat dari proyek tersebut. “Beberapa bagian dari diri saya masih bisa melangkah keluar dari situasi tersebut dan berpikir, 'Ini sangat aneh. Saya meneriaki Pangeran Harry,'” ujarnya. “Kemudian, saat Harry mulai berbalik marah ke arahku, saat pipinya memerah dan matanya menyipit, muncul pikiran: ‘Wah, semuanya bisa berakhir di sini.'”
Moehringer menyebut saat itu musim panas 2022, dan buku memoar tersebut telah "sampai pada bagian yang sulit", yaitu mengenai masa pangeran di Angkatan Darat Inggris. Di salah satu sesi latihan militer yang melelahkan, Harry “ditangkap oleh teroris palsu,” menurut Moehringer. “Dia menggunakan hood, (Harry) diseret ke bunker bawah tanah, dipukuli, dibekukan, kelaparan, ditelanjangi, dipaksa ke posisi stres yang menyiksa oleh para penculik yang mengenakan balaclavas hitam,” menurut Moehringer.
Inti dari simulasi ini adalah untuk mengetahui apakah Harry memiliki apa yang diperlukan untuk bertahan dari penangkapan di kehidupan nyata di zona perang. Para "penculik" juga melempar Harry ke dinding, mencekik dan melontarkan hinaan padanya, termasuk makian kejam tentang mendiang ibunya, Putri Diana. (Salah satu pelaku kemudian meminta maaf.) "Harry selalu ingin mengakhiri topik ini dengan sesuatu yang dia katakan kepada para penculiknya, yang menurut saya tidak perlu, dan agak konyol," tulis penulis Tender Bar ini.
Selama panggilan Zoom yang menegangkan itu, Harry juga menjelaskan pola pikirnya pada sang penulis. “Dia menghembuskan napas dan dengan tenang menjelaskan bahwa, sepanjang hidupnya, orang-orang telah meremehkan kemampuan intelektualnya, dan kilasan kepintaran ini membuktikan bahwa, bahkan setelah ditendang dan ditinju serta dilarang tidur dan makan, dia memiliki akal sehat tentang dirinya,” tulis Moehringer.