Pengakuan Harry Tak Dapat Support yang Memadai dari Keluarga saat Putri Diana Wafat
TABLOIDBINTANG.COM - Pangeran Harry kembali mengkritik keluarga Kerajaan Inggris. Kali ini ia mengklaim tak mendapat dukungan yang cukup dari keluarganya saat ibunya, Putri Diana, meninggal pada tahun 1997 dan ketika menderita gangguan kejiwaan PTSD setelah pulang dari tugas militer di Afghanistan.
"Pemicunya bagi saya sebenarnya adalah saat kembali dari Afghanistan, tetapi masalah yang muncul berasal dari... 1997, sejak usia 12 tahun," kata Duke of Sussex dalam serial terbatas Netflix barunya, Heart of Invictus, yang tayang perdana pada Rabu (30/8).
"Perjuangan terbesar bagi saya adalah bahwa tidak ada yang benar-benar bisa membantu di sekitar saya," lanjutnya.
"Saya tidak memiliki struktur dukungan, jaringan, atau saran ahli untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya terjadi pada saya."
Harry, yang berusia 38 tahun, mengungkapkan bahwa ia berusaha "menekan" trauma akubat kehilangan ibunya pada usia yang begitu muda dan tidak pernah benar-benar menyadari emosinya sendiri sampai semuanya "tiba-tiba keluar."
"Saya menjedotkan kepala di sekitar dinding," katanya. "Saya merasakan segalanya menjadi mati rasa."
Barulah beberapa tahun kemudian, Harry memutuskan untuk mencari bantuan untuk mengatasi masalah kesehatan mentalnya.
Setelah melakukan terapi, Harry akhirnya mulai bisa mengatasi trauma kehilangan ibunya pada usia 28 tahun.
"Saya tidak memiliki emosi, saya tidak bisa menangis, saya tidak bisa merasakannya. Saat itu saya tidak tahu," katanya dalam seri tersebut. "Dan itu tidak terjadi sampai kemudian dalam hidup saya, pada usia 28 tahun, ada kejadian yang membuat beberapa gelembung pertama mulai muncul dan tiba-tiba seperti ada seseorang yang mengguncang dan meledak... dan kemudian muncul kekacauan."
Dalam buku memoar Spare, Harry mengklaim bahwa ayahnya, Raja Charles III, bahkan tidak memeluknya ketika berita Diana telah meninggal dalam kecelakaan mobil merebak.
"Pa tidak memeluk saya. Dia tidak begitu baik dalam menunjukkan emosi dalam keadaan normal, bagaimana bisa diharapkan dia menunjukkannya dalam krisis seperti ini?" tulis Harry dalam bukunya, yang dirilis pada bulan Januari lalu.
"Tangannya sekali lagi jatuh di lutut saya dan dia berkata, 'Semua akan baik-baik saja.' Itu sudah cukup banyak baginya."