Ed Sheeran: Tak Ada Obat Ajaib untuk Depresi

Binsar Hutapea | 21 April 2025 | 21:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Penyanyi Ed Sheeran mengungkapkan bahwa tidak ada solusi instan untuk mengatasi depresi. Pengalaman pahit pada tahun 2022 menjadi titik balik emosional dalam hidupnya.

Pelantun hit "Azizam" ini menghadapi masa sulit ketika sahabatnya, Jamal Edwards, meninggal pada usia 31 tahun. Di waktu yang hampir bersamaan, sang istri, Cherry, didiagnosis mengidap tumor saat sedang mengandung anak kedua mereka. Ed juga tidak dapat menghadiri pemakaman neneknya karena harus mengikuti sidang terkait gugatan plagiarisme atas lagunya.

Dalam wawancara dengan Time untuk edisi tahunan Time 100, Ed mengaku masih berproses dalam menghadapi perasaannya sejak saat itu. Namun, ia menyadari pentingnya untuk tidak menyembunyikan kesedihan.

“Satu hal yang saya pelajari tentang depresi adalah, tidak ada pil ajaib yang bisa langsung menyembuhkannya,” ujarnya. “Tapi Anda bisa mengalami masa-masa di hidup di mana Anda merasa lebih baik, dan masa-masa di mana Anda tidak. Rasa sakit itu akan semakin berkurang dari tahun ke tahun, tapi izinkan diri Anda untuk merasakan duka. Jangan simpan dan kunci dalam kotak.”

Pada masa sulit tersebut, dua album rilisan Ed di tahun 2023—Minus (-) dan Autumn Variations—tidak mencetak penjualan sebesar karya-karya sebelumnya. Namun, ia mendapat nasihat penting dari sahabatnya, Sir Elton John, mengenai bagaimana menghadapi masa surut dalam karier.

“Elton pernah mengalami dekade di mana kariernya menurun, lalu tiba-tiba bangkit kembali lewat The Lion King atau karya lainnya,” kata Ed. “Itu sangat menginspirasi, karena menunjukkan bahwa Anda tidak perlu menilai karier dari satu titik waktu saja.”

Saat menghadapi tuntutan hukum atas dugaan plagiarisme, Ed bahkan sempat berpikir untuk berhenti bermusik.

“Saya tidak melihat alasan untuk menulis lagu lagi jika seseorang bisa mengklaim memiliki cetak birunya,” katanya.

Penyanyi berusia 34 tahun itu—yang kini memiliki dua anak, Lyra (4) dan Jupiter (2), bersama Cherry—merasa seperti “celengan yang bisa diguncang kapan saja” karena gugatan tersebut. Namun, setelah memenangkan dua kasus besar, beban itu mulai terangkat.

“Sekarang semua orang membiarkan saya sendiri, dan kebebasan itu benar-benar meringankan beban,” ungkapnya.

Ed juga belajar untuk fokus ke masa depan setelah diminta menyerahkan perangkat elektronik lamanya sebagai barang bukti dalam sidang. Karena sudah hampir satu dekade tidak menggunakan ponsel lama, ia merasa terguncang saat menyalakan perangkat terakhirnya dari tahun 2015.

“Teks pertama dari teman saya yang sudah meninggal. Teks kedua dari mantan pacar yang sedang bertengkar. Teks ketiga dari anggota keluarga yang sudah 10 tahun tidak saya hubungi,” kenangnya. “Saya sadar, ini tidak sehat—berusaha menghidupkan kembali semua itu. Sekarang saya berusia 34, menikah, punya anak, dan saya memilih untuk menatap ke depan, bukan ke belakang.”

Penulis : Binsar Hutapea
Editor: Binsar Hutapea
Berita Terkait