Mantan Bos Zhao Lusi Bantah Tudingan Memukul Sang Aktris di Masa Lalu
TABLOIDBINTANG.COM - Selepas Zhao Lusi jatuh sakit dan dirawat, viral sebuah kisah lama sang aktris, dimana ia pernah dipukul oleh bos manajemennya karena gagal mendapatkan peran dalam sebuah audisi.
Pada 1 Januari lalu, Zhao Lusi yang kini kondisinya berangsur membaik menuliskan pernyataan resmi terkait kondisi kesehatan serta perjalanannya dari kecil hingga memasuki industri hiburan.
Dimana dalam tulisan tersebut, ia juga menyinggung perihal kekerasan yang pernah dialaminya. Saat masa kecil, dan ketika ia mengawali kariernya sebagai seorang aktris.
Tak lama setelah pernyataan ini viral, mantan bosnya, Li Wei – mantan CEO Galaxy Cool Entertainment Media – mengunggah pernyataan di WeChat Moments. Menyoroti insiden Zhao Lusi, serta bagaimana ia pertama kali menjalin kerjasama dengan sang aktris.
Dituliskan, Zhao Lusi menandatangi kontrak dengannya pada September 2016. Disebut Li Wei sebagai keputusan paling tepat yang dilakukan Zhao Lusi. Perihal Pemukulan, Li Wei menyatakan kalau, di bukan pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
“Saya sangat memahami ketika melihat penggemarnya menyerang saya, karena beberapa kesalah pahaman. Saya tahu betapa cemasnya semua orang, tapi saya tidak menjadi salah satu pihak yang melakukan hal itu,” terang Li Wei dalam artikel yang ditulisnya.
“Beban di pundah gadis kecil itu sudah sangat berat. Saya berharap semua orang bisa tenang dan memberi dia cukup ruang untuk mengurangi tekanan,” ujarnya lagi.
Pasca jatuh sakit Desember lalu dan dirawat, kondisi Zhao Lusi saat ini telah berangsur membaik. Ia sudah kembali bisa berjalan lagi perlahan-lahan, dan berusaha mengembalikan berat badannya yang menyusut.
Dalam tulisannya, Zhao Lusi mengatakan ia menderita Dissociative Conversion Disorder, dan kegelisahan. Sementara di dunia maya, netizen ramai membicarakan, Zhao Lusi menderita Afasia. Dimana ini dua hal yang berbeda.
Dissociative Conversion Disorder adalah kondisi mental di mana seseorang mengalami gejala fisik (seperti lumpuj, kehilangan penglihatan).
Gejala-gejala ini seringkali muncul sebagai respons terhadap stress, atau trauma psikologis. Sementara Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang bertanggung jawab atas otak.