10 Kafe di Tokyo yang Perlu Dikunjungi
TABLOIDBINTANG.COM - Pencinta kopi dijamin bakal girang bila berkunjung ke Tokyo. Di ibu kota Jepang ini, di sudut tak terduga pun kita akan menemukan tempat untuk menikmati segelas americano atau latte. Bahkan lebih mudah daripada menemukan kafe yang menjual minuman matcha. Dari sekadar coffee stand, kafe mungil dengan beberapa bangku, kafe besar sampai kafe waralaba (bukan dari Amerika Serikat saja!), semua ada di Tokyo. Semua berkonsep minimalis dan bersih—khas Jepang—dan justru ini yang bikin betah.
Sayangnya dalam eksplorasi kami, kami jarang menemukan penggunaan biji kopi Indonesia. Kebanyakan kafe mengandalkan biji kopi asal negara-negara Afrika, dengan harga minuman kopi, espresso dan turunannya, berkisar di antara 40 ribu-100 ribu rupiah. Oh ya umumnya kafe di Jepang tutup jam 6 sore, jadi jangan sampai datang kemalaman. Lalu jangan lupa letakkan cup atau cangkir bekas minuman di tempat yang sudah disediakan. Dari sebegitu banyak kafe di Tokyo, inilah 10 yang sempat kami kunjungi.
Onibus
Saat hujan pun, orang tidak habis-habis mengalir ke kafe yang diapit Stasiun Nakameguro dan sebuah taman kecil—katanya, musim semi di taman ini bertumbuhan bunga sakura. Pemiliknya telah mendirikan 4 kafe di Tokyo—dua di antaranya berbendera Onibus—dan menyajikan kopi yang, menurut kami, lebih ringan daripada minuman kopi kebanyakan di Tokyo sehingga mudah dicerna umum. Enteng saja menghabiskan segelas iced americano dengan aftertaste rasa buah.
Coffee Wrights
Beberapa gerai kafe asli Jepang ini tersebar di Tokyo, Coffee Wrights yang berlokasi di kawasan Omotesando ini baru beroperasi bulan lalu. Bangunannya berwarna kekinian, cokelat kayu dan abu-abu muda, namun desainnya bergaya lokal dengan sebagian tempat duduknya hanya beralas bantal duduk tipis. Tempat yang menyenangkan untuk menyeruput cappuccino serta donat yang ringan dan tidak berminyak dari Higuma Doughnuts, yang bekerja sama dengan Coffee Wrights.
The Airstream Garden
Pengguna Instagram pasti pernah melihat foto The Airstream Garden di sebuah akun peralatan kopi dan perlengkapan kafe. Kafe ini menempati sebuah trailer produksi AS, Airstream, yang terparkir—tidak berpindah-pindah tempat—di balik pusat belanja megah Omotesando Hills. Selain kopi, The Airstream Garden sedia pai dan lunch box. Kopinya khas Jepang, menggunakan biji kopi dark roast atau yang rasa pahitnya kuat. Americano pesanan kami sangat pekat rasanya. Ada caramel latte atau mocha untuk yang tidak ingin kopi terlalu pekat.
Blue Bottle
Blue Bottle, kafe asal Amerika, telah mengembangkan 8 cabang di Tokyo. Yang kami kunjungi, di Distrik Nakameguro, kopinya mantap! Bahkan kami bisa bilang, Blue Bottle menyuguhkan cappuccino terbaik sejauh ini. Minuman berbasis espresso di Blue Bottle diracik menggunakan campuran biji kopi Uganda, Ethiopia, Brasil, dan Guatemala. Blue Bottle juga menjual beberapa biji kopi khas mereka, yang paling diminati bernama Giant Steps, campuran biji kopi Uganda dan Sumatra.
Factory & Labo Kanno Coffee
Selintas terlihat seperti laboratorium, sesungguhnya Factory & Labo Kanno Coffee di kawasan Meguro ini tempat mengerjakan tugas dan mengobrol intim yang nyaman. Berlantai dua, salah satu bagian lantai bawahnya dirancang bak lab, dengan mesin sangrai sebagai pusatnya. Semua staf, termasuk yang bertugas sebagai barista dan pramusaji, memakai jas lab. Namun senyum senantiasa terpasang di wajah mereka saat melayani pengunjung.
Shozo Coffee Store
Kedai kopi mungil yang menyerupai pondok kayu ini salah satu yang teramai dikunjungi, mengingat lokasinya yang strategis yakni di balik Omotesando, semacam Champs-Elysees-nya Tokyo. Minuman kopi yang ditawarkan Shozo Coffee Store adalah kesukaan orang Jepang, tampak dari pekatnya warna gelap iced americano pesanan kami. Kalau kurang suka pahit, lebih baik pesan minuman kopi yang mengandung campuran susu. Shozo Coffee Store juga menjual aneka camilan kue dan pastry.
Fuglen
Bukan kafe asli Jepang bukan juga cabang dari Amerika, melainkan Norwegia. Fuglen sudah membuka 2 cabang di Tokyo dan yang kebetulan kami lewati adalah cabangnya di Distrik Asakusa. Menggabungkan desain minimalis khas Jepang dengan furnitur ala Skandinavia, Fuglen menerapkan waktu operasional kafe yang beda dengan kafe lokal umumnya, yakni sampai malam bahkan tengah malam di akhir pekan. Satu lagi bedanya, Fuglen menggunakan kopi light roast, sehingga iced latte pesanan kami pun rasanya ringan.
Dumbo Doughnuts and Coffee
Di Tokyo bertebaran gerai donat-kopi lokal, yang bahkan lebih banyak daripada gerai waralaba dari luar. Dumbo Doughnuts and Coffee di Distrik Azabu Juban terkenal dengan donat berukuran besar dan rasa variatif. Meski donat jadi jualan utama, iced latte pesanan kami ternyata kopinya strong! Rasa donat Dumbo Doughnuts and Coffee, sebagaimana rasa camilan manis lain yang kami coba di Tokyo, tidak terlalu manis sehingga tidak berat menghabiskan sepotong besar donat sendirian.
Reissue
Kafe di Harajuku ini sudah terkenal dengan latte art berformat 3D. Kita bisa memilih latte art ini dengan desain atau gambar sesuai keinginan, dengan tambahan biaya. Kami memesan cappuccino dengan latte artTotoro dan hasilnya memuaskan. Secangkir cappuccino lain kami pesan flat alias tanpa 3D latte art, ternyata oh ternyata terhidang dengan latte art karakter—meski bukan 3D—yang tidak kalah keren.
Lebresso
Bukan donat melainkan toast atau roti panggang—selain kopi, teh, dan jus—yang ditawarkan Lebresso. Tak heran kami datang saat brunch, waktu yang tepat untuk menyantap toast, Lebresso di kawasan Meguro nyaris penuh pengunjung. Cappuccino pesanan kami kepekatannya sedang. Lebresso juga punya minuman caffein less coffee dan latte affogato kalau menginginkan kopi lebih ringan.
(ika/bin)