Belum Banyak Orang Tahu, Lokasi Wisata Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto Mirip Tambang di Belgia!
TABLOIDBINTANG.COM - Candi Borobudur dan Prambanan mungkin dua situs warisan dunia UNESCO yang paling terkenal di Indonesia bagi kalangan turis. Belum banyak tahu, Indonesia masih punya Tambang Batubara Ombilin di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat atau sekitar 70 km dari timur laut Kota Padang, ibu kota provinsi.
Situs ini resmi ditetapkan sebagai warisan dunia UNESCO sejak 2019. Tetapi hingga kini, belum banyak turis lokal maupun mancanegara yang menyambangi lokasi yang telah dibuka sebagai lokasi pariwisata ini. Padahal, situs ini memiliki nilai sejarah dan keunikan tersendiri.
Keunikan Tambang Batubara Ombilin
Tambang Batubara Ombilin terkenal sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Secara geografis, situs ini terletak di lembah yang sempit di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Kota Sawahlunto sendiri dikelilingi oleh beberapa bukit, yakni Bukit Polan, Bukit Pari, dan Bukit Mato.
Pertambangan batubara di Ombilin tersebut mulai beroperasi lebih dari satu abad. Dulu tambang ini dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda hingga akhirnya berpindah tangan ke PT Bukit Asam Tbk. UPO di Sawahlunto ini merupakan satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia
Di Komplek Tambang Batu Bara Ombilin, masih terdapat beberapa peninggalan asli seperti terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja dan pekerja tambang (Tangsi Baru dan Tanah Lapang), pemfilteran batu bara, pabrik kereta api, kantor pemerintah, pemukiman, dan pemkot.
Pada masanya, Belanda membangun beberapa jaringan transportasi seperti membuat jaringan kereta api guna mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke pantai barat Sumatera.
Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven yang sekarang dikenal sebagai Teluk Bayur, dan menjadi pelabuhan pengiriman untuk ekspor batu bara, menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland.
Sementara selama kurun waktu 1887-1892, mereka mulai membangun kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun ini menuju ke wilayah Sawahlunto.
Lebih dari itu, situs ini juga disebut-sebut mirip dengan Major Mining Sites of Wallonia di Belgia. Situs ini dinilai memiliki kesamaan dalam infrastruktur pertambangan dan perekrutan tenaga kerja.
Sebagai situs tambang batu bara, Sawahlunto memiliki infrastruktur yang lengkap dan utuh dalam perencanaan dan struktur perkotaan, pengaruh gaya arsitektur, bentuk lahan, dan budaya.
Berdasarkan International Collieries Studies (ICOMOS), Sawahlunto memenuhi kategori kompleks tambang batu bara besar seperti Chatterley-Whitfield Colliery, Inggris dan Zollern 2-4 Colliery, Jerman.
Menjaga warisan dunia
Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto tersebut ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada Sidang Komite Warisan Dunia ke-32 yang berlangsung di Baku, Azerbaijan, pada 30 Juni-10 Juli 2019.
Penetapan itu pun menjadi momentum penting untuk meningkatkan kelestarian dan juga pemanfaatan situs sejarah tersebut. Menurut Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Febrian Ruddyard, penetapan ini merupakan perwujudan dari diplomasi kebudayaan Indonesia dan dilakukan bersama-sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dia berharap situs Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto bisa menjadi salah satu aset yang menunjukkan Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai bangsa yang inovatif.
Terlebih lagi, dia menilai, Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto pantas diposisikan sebagai warisan dunia, karena unggul dalam dua kategori yakni nilai Universal Luar Biasa (outstanding universal value).
UNESCO juga melihat Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto ini memberikan dampak positif dalam hal perekonomian kepada masyarakat yang saat ini tinggal disekitar.
Dia menceritakan keunikan situs ini menunjukkan adanya pertukaran pengetahuan dan teknologi masyarakat lokal Minangkabau atau Sumatera Barat dengan teknologi Eropa, terkait dengan eksploitasi batu bara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Febrian pun menambahkan, tambang ini dirancang untuk efisiensi sejak tahap ekstraksi batubara, pengolahan, dan transportasi, sebagaimana yang ditunjukkan dalam organisasi perusahaan, pembagian pekerja, sekolah pertambangan, dan penataan kota pertambangan yang dihuni oleh sekitar 7.000 penduduk.
Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO profesor Arief Rachman menyebut, penetapan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto masuk dalam daftar warisan dunia bukanlah pekerjaan akhir.
Menurutnya, penetapan tersebut justru menjadi awal dalam memperjuangkan pemanfaatannya bagi masyarakat dunia. Warisan yang telah ditetapkan, lanjut Arief, harus mempertahankan budaya dan kekuatan edukasi yang kuat agar bisa mendidik.
Oleh karena itu, dia mengimbau pemerintah untuk mengelaborasikan ragam informasi yang terkait dengan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto menjadi sebuah buku. Diharapkan, warisan dunia ini bisa terus diwariskan tempat dan juga nilainya kepada generasi-generasi selanjutnya.