Mengenal Yogyakarta Lebih Dekat: Sejarah, Tradisi, dan Daya Tariknya
TABLOIDBINTANG.COM - Apa yang ada di benak Anda ketika pertama kali mendengar kata Yogyakarta? Sejarahnya yang kental, kuliner gudegnya yang menggoda selera, atau Malioboro sebagai surga belanja favorit para shopaholic?
Tidak keliru. Yogya atau Jogja memang menyimpan daya tarik yang membuat siapa saja tersihir untuk kembali ke sana.
Nah, bagi Anda yang berencana menghabiskan waktu liburan di Kota Pelajar yang satu ini, ada baiknya kenali dulu sejarah, tradisi dan budaya, serta daya tarik Yogyakarta agar momen liburan Anda nanti semakin berkesan.
Sejarah Yogyakarta
Memiliki nama resmi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), daerah ini merupakan provinsi tertua kedua di Indonesia setelah Jawa timur. Sesuai Namanya, Yogya yang berstatus istimewa memiliki kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus wilayahnya sendiri.
Meski diperoleh sejak zaman kolonial (sebelum Indonesia merdeka), status tersebut masih dipertahankan sampai sekarang, lho. Karena itulah, Yogyakarta juga disebut sebagai Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan sultan sebagai kepala pemerintahan (setara gubernur).
Tradisi dan Budaya
Hingga saat ini, Yogyakarta masih lekat dengan berbagai tradisi dan budaya uniknya. Beberapa di antaranya bahkan diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya. Nah, apa saja sih itu?
- Upacara Sekaten
Sekaten merupakan gelaran upacara adat yang cukup terkenal di Jogja. Upacara ini diselenggarakan setiap tanggal 5 Maulid, menjelang hari lahir Nabi Muhammad, di alun-alun utara Yogyakarta. Upacara ini berlangsung selama 7 hari. Umumnya tradisi ini juga dibarengi dengan adanya pasar malam Sekaten.
- Grebeg Muludan
Nah, menjelang perayaan Sekaten usai, upacara akan ditutup dengan Grebeg Muludan, yakni pada 12 Rabiul Awal (tepat hari lahir Nabi Muhammad). Ritual ini ditandai dengan adanya gunungan tinggi yang tersusun dari beras ketan, makanan pokok, sayur, serta buah-buahan yang dikawal oleh 10 macam Bregada (kompi) prajurit keraton: Wirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrirejo, Surakarsa, dan Bugis.
Arak-arakan ini dimulai dari Istana Kemandungan, melewati Siti Hinggil dan Pagelaran, sampai berakhir di Masjid Agung. Gunungan yang sudah didoakan selanjutnya dibagikan kepada masyarakat dengan harapan agar mereka mendapat berkah.
- Siraman Pusaka
Upacara berikutnya yang masih rutin digelar di tanah Yogyakarta adalah Siraman Pusaka. Seperti Namanya, upacara ini diadakan untuk membersihkan segala macam benda pusaka yang terdapat di keraton kesultanan. Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Suro pada hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon.
Beberapa pusaka yang terbilang penting bagi Keraton Yogyakarta antara lain tombak K.K Ageng Plered, keris K.K Ageng Sengkelat, dan kereta kuda Nyai Jimat.
**
Aturan Unik di Yogyakarta
Selain sejarah, tradisi, dan budayanya yang kaya, Yogyakarta ternyata memiliki aturan unik tak tertulis yang hingga saat ini masih dijalankan. Apa saja, sih, itu?
- Tidak boleh mengenakan pakaian berwarna hijau di Parangtritis
Konon, hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul, sehingga siapa pun yang berkunjung ke Pantai Parangtritis diimbau untuk tidak mengenakan pakaian dengan warna hijau. Konsekuensi jika aturan ini dilanggar pun cukup seram, yakni tenggelam di laut.
- Mengulek sambal menghadap ke selatan
Untuk menghormati Nyi Roro Kidul, warga Gunungkidul sampai sekarang masih menerapkan ritual yang satu ini, lho; menghadap selatan ketika mengulek sambal.
- Pengantin dilarang lewat perempatan Palbapang
Menurut cerita, pengantin atau orang sakit yang nekat lewat perempatan Palbapang dengan tangan kosong akan mendapat celaka. Sebagai gantinya, mereka diwajibkan membawa ayam hidup sebagai “tumbal”.
Wah, ternyata banyak sekali tradisi dan cerita unik yang bisa kita gali dari Yogyakarta, ya. Menikmati kota ini tentu tidak cukup hanya dalam sehari.
Untuk itu, percayakan keperluan akomodasimu pada Airy. Klik link https://www.airyrooms.com/tiket-pesawat untuk mendapatkan harga penerbangan termurah.
Selamat berlibur!